Gus Dur, Habibie, Yudhoyono dan Mega kontak dengan Ivan Taslimson dan Sehat Sutardja



Saya baru tahu dari CW (Christianto Wibisono) -- waktu itu saya diajak Pak Tjan untuk mendengarkan CW berbicara. Menurut CW, Gus Dur ingin memboyong mereka pulang ke Indonesia dengan mengutus Pak Luhut menteri perindustrian. Pada tahun 2000 ketika kekayaan Sehat Sutardja baru 648 juta dollar, dia masuk 100 besar versi majalah Fortune untuk umur kurang dari 40 tahun. Karena banyaknya orang kaya, tidak mengherankan justru setelah kekayaannya lebih dari 1 milyard dollar, rankingnya justru turun menjadi 374 versi Majalah Forbes untuk semua umur. Renald Khasali sempat bercerita panjang lebar mengenai hal yang fenomenal ini. Orang kaya di Indonesia banyak, tapi yang kayanya dari otak dan kerja keras dan bermanfaat pula bagi orang lain seperti mereka ini jarang. Karyawannya orang Amrik berjumlah 1,800 orang. Mengapa terobosan semikonduktor bisa sukses di Amerika? Tak lain karena disana hukum dijunjung tinggi, siapa yang menyontek hak cipta pasti didenda sampai bangkrut. (dari berbagai sumber)







China dan Malaysia Rangkul Ilmuwan Indonesia di Silicon Valley

Menurut liputan berita, beberapa badan pemerintah seperti di Malaysia, Thailand, Singapura, China, dll selain bekerja sama dengan vendor utama seperti Microsoft, Google, Dell, Intel, dsb, juga telah melakukan pendekatan intensif dengan perusahaan inovatif terbaru spt Facebook, Research In Motion (RIM), Marvell, Solstice, Mozilla, dll supaya mendirikan pusat riset atau setidaknya pusat pengembangan di negaranya masing-masing.

Bagaimana dengan Indonesia? Patut disayangkan, Indonesia memang selalu menempati posisi buncit dalam hal memanfaatkan potensi orang berbakat besar yang dimiliki bangsanya. Seringkali bakat dan potensi itu dicaplok bangsa asing karena di Indonesia kurang dihargai atau bahkan tidak punya peluang utk berkembang sama sekali.



Indonesia Perlu Mengundang Taslimson dan Sutardja

Melihat pendekatan yang dilakukan Pemerintah Indonesia dengan Microsoft baru-baru ini tampaknya hanya menguntungkan perusahaan asing tapi tidak terlalu membuahkan hasil bagi bangsa Indonesia.

Apakah bangsa Indonesia tidak mengetahui keberadaan figur seperti Taslimson dan Sutardja? Hal ini bagaikan "melihat semut nun jauh di seberang, gajah dihadapan tak tampak".

Dari sisi inovasi, sebenarnya perusahaan seperti Microsoft sudah tidak inovatif lagi, bahkan perusahaan dengan kemampuan luar biasa seperti RIM, Google, YouTube, Marvell dan Solstice-lah yang kini menjadi benchmark inovasi di Silicon Valley dan Redmond.

Efek multiplier yang akan diciptakan perusahaan seperti Marvell dan Solstice akan lebih terasa bila mereka bisa dihadirkan di Indonesia.
No posts.
No posts.
Taslimson dan Sutardja

Sehat Sutardja telah masuk jajaran orang terkaya dunia pada saat berusia 35 tahun, demikian menurut Majalah Forbes dan BBC Demikian pula Ivan Taslimson, pada saat usia yang masih sangat muda, 20-an tahun, ia diberitakan telah menjadi bilyuner dunia.

Menurut wawancara berbagai majalah dan narasumber di Bloomberg, ia seseorang yang memiliki kemampuan hebat, tapi sangat rendah hati. Mereka telah diliput oleh berbagai media internasional dan menjadi terkenal di banyak negara.

Orang-orang membandingkan Sutardja dengan legenda seperti Bill Gates, Larry Page, Sergey Brin karena kehebatan fenomenal-nya di bidang bisnis. Sedangkan Taslimson dibandingkan seperti Steve Jobs, Jerry Yang atau Mark Zuckerberg karena kemampuan visioner-nya yang demikian besar.

Sehat Sutardja (dan adiknya, Pantas) memimpin Marvell Group sementara Ivan Taslimson memimpin Solstice Group. Marvell Group didirikan di Silicon Valley dan Solstice Group di Seattle (Redmond). Kedua perusahaan multinasional di Amerika tersebut secara signifikan berkiprah di tingkat global, memiliki ratusan kantor perwakilan dan pusat riset di seluruh dunia.